01. My Personality: Seorang ENFJ yang Enggak ENFJ ENFJ Amat
07.03.00Untuk merayakan atas ‘sembuhnya’ laptop saya (dan balas dendam akan absennya saya dalam postingan blog selama satu bulan lebih), saya akan mengikuti tantangan menulis suka-suka bersama Mbak Ria Agustina dan Mbak Verwati Iriani selama dua bulan ke depan. Berawal dari postingan tema menulis untuk mengisi PSBB yang bersliweran di linimasa twitter saya yang saya dari awal memang sudah berniat untuk menuliskan sebagai tema menulis di blog, eh jebul ndilalahnya saya tiba-tiba diajak oleh dua teman blogger kesayangan saya untuk menulis bareng-bareng. Ya tentu saja saya langsung mengiyakan tanpa pikir panjang lagi, hahaha.
Tantangan ini akan dilaksanakan selama dua bulan alias tema ditulis per dua hari sekali dari tiga puluh tema yang ada. Karena ini proyek senang-senang, jadi nulisnya juga dengan perasaan senang hahaha. Biar nggak terlalu berat juga karena masih juga disambi dengan beberapa urusan masing-masing. Meski begitu, tetap harus belajar untuk berkomitmen menulis dua hari sekali memenuhi tantangan, dong! Haphaphap, semangat!
Hari pertama dibuka dengan tema menulis My Personality alias kepribadian saya sendiri. Jujur, ini adalah tema yang cukup saya benci (tapi juga sangat menantang!) karena saya paling tidak bisa menggambarkan diri saya sendiri yang sangat abstrak dan embuh ini ahaha ahaha hahahaha. Bahkan untuk menulis di laman Tentang Andhira pun saya membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga akhirnya memberanikan diri untuk menulisnya, haha. Oke, daripada kebanyakan basa-basi di awal, mari saya coba untuk menuliskan.
Berdasarkan tes kepribadian yang pernah saya lakukan, saya memiliki kepribadian ENFJ alias Protagonis atau juga sering disebut The Giver. Meski tidak seluruhnya kepribadian saya plek ketiplek dengan karakter yang digambarkan oleh kepribadian seorang ENFJ, tapi saya cukup terbantu untuk mengetahui kepribadian diri saya tuh seperti apa sebenarnya, mulai dari kelebihan, kelemahan, hingga karakter yang memang sudah melekat pada diri saya.
Seperti namanya, ENFJ adalah seorang pribadi yang ekstrover. Cukup cocok pada diri saya karena saya memang menemukan kenyamanan dan energi ketika saya berinteraksi dengan beberapa maupun berbanyak orang. Meskipun tidak dipungkiri saya juga bisa ndekem di rumah selama berhari-hari (bahkan berminggu-minggu) jika saya sedang tidak ingin bertemu oleh orang lain selain orang terdekat dan keluarga. Biasanya jika tidak ingin bertemu seperti ini, berarti sayanya sedang ‘lelah’.
Dibilang supel, gampang membaur, dan bersosialisasi dengan orang baru, ya lumayan. Tergantung. Saya anaknya cocok-cocokan sama orang, tergantung dari insting yang saya rasakan (entah mengapa dari dulu saya memiliki insting yang kuat perkara pertemanan, hahaha). Tapi banyak yang bilang saya anaknya gampang membaur dan gampang mencairkan suasana. Saya sendiri tidak merasa begitu, hahaha. Ya memang saya dasarnya suka ngobrol dan mancing ngobrol teman sih, entah teman yang saya ajak ngobrol itu nyaman atau tidak, tapi berdasarkan insting saya sih, kebanyakan pada nyaman. Buktinya pada sering nyariin kalau saya nggak ada atau menghilang, hahaha *kepedean* *digampar*.
Beberapa kali saya membaca bahwa seseorang dengan kepribadian ENFJ merupakan tipe pendengar yang baik dan memiliki kepribadian yang hangat. Hmmm, nggak tahu sih kalau di saya, tapi beberapa orang (bahkan banyak orang yang saya kenal) mengatakan bahwa saya seorang pendengar yang baik. Banyak yang memilih untuk bercerita dan curhat pada saya, padahal saya tidak menawarkan apa-apa selain mendengarkan dan mem’puk-puk’ saja, huhuhu. Bahkan tak jarang saya dikontak untuk diajak ngopi hanya untuk dicurhati. Saya sendiri tidak merasa keberatan, asal tenaga saya masih ‘cukup’.
Terlalu banyak memikirkan orang lain dan membuat bahagia orang lain, hal yang kerap digambarkan oleh seorang ENFJ di banyak artikel yang saya baca. Pada diri saya sendiri, saya juga cukup merasakan karakter ini meski tidak keseluruhan. Yang terpenting semua orang tercukupi terlebih dahulu, yang penting semua orang bahagia dulu, sayanya belakangan saja. Seperti kata pepatah jawa, “Pendekar bahagiane keri” (terjemahan bahasa indonesia: pendekar bahagianya belakangan), hahaha. Jujur, hal ini terkadang juga cukup menyiksa tatkala saya sendiri sedang habis ‘tenaga’ tapi saya memaksakan diri karena merasa tidak enak kalau tidak bisa bantu. Pada akhirnya, saya pelan-pelan untuk belajar lebih tegas pada diri sendiri, belajar untuk bilang “TIDAK” ketika diri sendiri memang sedang tidak bisa, daripada nantinya saya juga capek sendiri.
Intuitif. Lebih sering menggunakan insting dan feeling ketika memutuskan melakukan atau menjalani sesuatu, kendati sekarang sedang belajar menyeimbangkan antara logika dan perasaan. Cukup berat, apalagi memang dasarnya saya seorang yang perasa sekali. Takut untuk memutuskan sesuatu karena takut jika menyinggung banyak pihak. Tapi pada akhirnya saya menyadari bahwa keputusan yang saya ambil memang harusnya keputusan yang murni dari saya sendiri, di mana saya tidak berat untuk menjalani dan melakukannya dengan penuh tanggungjawab, tanpa harus takut dengan penilaian orang lain. Dan yang terpenting, saya bahagia.
Pada dasarnya jiwa saya adalah jiwa yang bebas. Tidak suka dikekang maupun terikat akan banyak peraturan yang ribet dan membuat saya merasa terpenjara. Lebih suka menjalani dengan santai, bahagia, dan penuh rasa tanggung jawab. Ini pula yang mendasari saya untuk membuka usaha sendiri, karena saya tidak ingin terlalu diatur-atur dan gampang bosan jika melakukan rutinitas yang itu-itu saja, hehehe. Terlalu idealis dan keras kepala, memang. Hahaha.
------------------------------------------------------
Tidak banyak yang bisa saya jelaskan mengenai kepribadian saya karena seperti yang saya jelaskan di awal postingan bahwa saya tidak cukup pintar untuk menuliskannya. Tidak terbiasa. Takut jika salah atau malah terkesan membanggakan diri sendiri secara berlebihan, huhuhu. Tapi semoga bisa cukup terbantu untuk mengenal sedikit banyak tentang diri saya, seorang ENFJ yang nggak ENFJ ENFJ amat. Hehehe.
Sampai jumpa di postingan dengan
tema baru selanjutnya ❤
------------------------------------------------------
Baca juga tulisan dari Mbak Ria Agustina:
Introver yang Belajar Ke Luar dari Kandang
Baca juga tulisan dari Mbak Verwati Iriani: Belajar untuk Bilang “Nggak!”
Love,
Andhira A. Mudzalifa
12 comments
Wah ternyata kepribadian ENFJ unik juga ya. Meski ekstrover, namun prioritasnya adalah mendahulukan kebahagiaan orang lain. Di sekitarku memang lebih banyak kepribadian ekstrover, termasuk beberapa sahabatku. Sementara aku sendiri adalah INFJ, kita berdua beda huruf depannya aja ya hahahaha sebagai introver, tentu aku lebih tertutup dan suka kebanyakan mikir 🙈
BalasHapusTentang menulis profile di blog itu juga kurasakan lho, Mba. Ternyata nulis tentang diri sendiri nggak semudah itu yaa 😅
Ci Janeeee, kita kembaran hanya beda huruf aja ya 😆😆
HapusSusah banget nulis tentang diri sendiri tuh, takut banget nanti dikira narsis atau terlalu membanggakan diri, huhuhuu 😭😭
Aku anaknya juga "mangkel"kalau diatur atur hihihi
BalasHapusTipe Sagitarius sekali yha Mbaaaaakkk 😆😆😆😆
HapusMungkin kalau tertarik juga bisa coba tes personality big five, kak. Penilaiannya bisa diambil dari faktor2 yg lebih banyak dari MBTI. Btw, aku ISFJ bisa berubah juga jadi ESFJ haha, mungkin beberapa bulan lagi bisa berubah tipe personalitynya kalo pakai MBTI...
BalasHapusWah, baru tahu kalau ada tes personality big fivee 😆 itu tesnya di manakah, kak?
HapusIyaa, katanya kepribadian mbti juga bisa berubah sewaktu-waktu yaa? Aku nyoba terus beberapa kali daprtnya ENFJ terus, wkwk 😂😂
Makasih buat sarannya ya Kaaak 💕💕
Wahh menarik nih, mba bahas kepribadian berdasarkan hasil MBTI. Kita aga bertolak belakang mba, aku malah ISTJ. Beberapa kali tes selalu hasilnya begitu. Pernah ESTJ tapi nanti balik ke ISTJ 😂
BalasHapusSetuju sama kalimat mba bahwa keputusan yg diambil harus murni dari diri sendiri. Sebab, diri sendiri kan yg jalanin. Meskipun terpengaruh oleh feeling, terkadang butuh thinking juga untuk memutuskan 😊
Kayaknya tes MBTI ini sifatnya fluktiatif ya kak, bisa berubah-ubah sesuai kondisi masing-masing, gitu 😆
HapusBetul, Kaak. Apalagi kalau perempuan itu seringnya main feeling, ya. Harus banyak-banyak.menyeimbangkan antara feeling dan thinking jugaa 😊😊🥰🥰
Bagus banget itu buka usaha sendiri.. Keren loh Dhira.. Ketika kebanyakan orang berpikir mencari kerja, Dhira sudah melangkah untuk menjadi penyedia pekerjaan.
BalasHapusSelamat berjuang dan semoga berhasil dengan usahanya...
Aamiin, terima kasih atas doanya, Mas Anton! Saya masih perlu banyak belajar banyaaak 😁😁
Hapuswah u are extrovert I can count with my hand how many extrovert that I ever met in my life
BalasHapusI even consider myself as ambrivert. Its depend on who I speak and my surrounding too .
I have facing same problem . But me its right now my laptop acting up after 3 years with me :(
Hellooo! Wah, salam kenal dari aku yang extrovert tapi juga terkadang jadi introvert 😁😂
HapusHoo, sometimes aku juga merasa seperti ini kook. Depends on surrounding too 😂
Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.
Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^
Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)