25: Mudik, Yes or No?
07.48.00
Lebaran belum terasa Lebaran jika tradisi yang satu ini tidak dilaksanakan. Tradisi mudik sepertinya sudah menjadi agenda
tahunan setiap kali Lebaran tiba. Menjadi salah satu parameter kesuksesan
kinerja menteri perhubungan setiap tahunnya. Apakah makin baik atau makin slendro. Eheu.
Kendati saya tidak pernah
merasakan euforia mudik dikarenakan kampung halaman kedua orangtua saya yang
sama-sama berada di Blitar (hanya berbeda
lokasi kota dan kabupaten), tapi saya senang melihat berita-berita mengenai
dunia permudikan ini melalui televisi (saat
saya kecil, hingga beberapa tahun lalu sebelum tragedi rusaknya televisi saya HAHAHA)
dan juga update-an teman-teman di
media sosial.
Ah, ya. Saya sepertinya pernah merasakan euforia mudik menjelang
Lebaran ini ketika saya masih kuliah. Touring
dari Surabaya bersama teman-teman
kuliah satu Karesidenan Kediri (Tulungagung, Kediri), hahaha. Tapi menurut saya
itu kurang greget aja, sih. Karena
tidak sampai mengalami macet hingga berjam-jam dan nggak merasakan sensasi mudik yang sebenarnya wakakaka.
Hingga saya pernah berangan-angan
untuk memiliki suami yang bekerja di luar kota (hanya kerjanya aja yang di luar, tapi berasal dari kota yang sama biar nggak bingung kudu mudik ke mana wakakaka), agar bisa merasakan mudik
setiap tahunnya. Mengalami deg-degannya mudik, berdebat kecil memilih mudik di
rumah ibu sendiri atau mertua, berebut tiket Lebaran (tapi saya berdoa semoga diberi kemudahan membeli kendaraan sendiri agar
tidak merasakan gontok-gontokan rebutan tiket hehe aamin!), persiapan
menjelang mudik, belanja ini itu untuk Lebaran...
Oke, angan-angannya cukup sampai
disini dulu. Takut kebablasan.
Fenomena mudik sendiri menjadi
momen yang cukup sentimentil, dimana orang-orang yang lama merantau kembali ke
kampung halamannya beberapa hari. Melepas rindu kepada orang-orang tersayang
yang ditinggalkan di kampung halaman, nostalgia ke tempat-tempat di mana
menghabiskan waktu saat kecil, bertemu keluarga besar yang ternyata sudah
tumbuh dewasa dan menua (yang terkadang
melontarkan pertanyaan yang ngadi-ngadi aje). Beginilah kiranya yang saya
tahu tentang mudik. Ehe.
Menjelang hari raya tahun ini,
sepertinya agenda yang satu ini harus ditunda dahulu, dikarenakan adanya wabah
pandemi yang berimbas pada imbauan pemerintah untuk tetap #DiRumahAja dan tidak
mudik untuk sementara. Ini bertujuan agar virus COVID-19 tidak meluas dan
utamanya untuk memutus rantai penyebaran virus ini.
Imbauan pemerintah daerah saya untuk tidak mudik yang sudah terpampang nyata
Saya rasa, ini
adalah langkah yang sangat tepat. Karena kebanyakan kasus positif merupakan imported case, alias kasus yang berasal
dari luar (begitu pula beberapa kasus
positif yang ada di Blitar). Membatasi jumlah pendatang atau meniadakan
pendatang masuk ke kota, merupakan cara yang paling efektif untuk memutus
rantai penularan. Menyelamatkan teman, saudara, dan keluarga yang ada di
kampung agar tidak tertular.
Memang berat
tidak bisa mudik ke kampung halaman. Apalagi menjelang hari raya yang
seharusnya bisa berjumpa dan melepas rindu dengan keluarga. Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati,
bukan? Apalagi penyakit ini bukan penyakit yang main-main.
Sayangi
keluarga di rumah. Lindungi mereka. Dengan cara tidak mudik untuk sementara.
Kendati kita merasa badan kita sehat, tapi kita sendiri juga tidak tahu apakah
kita menjadi carrier alias pembawa
virus apa tidak. Memilih untuk berjaga-jaga tidak mudik lebih baik, bukan?
Semoga kita
semua dijaga dan dilindungi dari virus COVID-19 ini. Tetap jaga kesehatan di
manapun berada, ya. Selamat mempersiapkan Idulfitri bagi yang merayakan. Semoga
keadaan lekas membaik dan bisa berjumpa kembali dengan keluarga tercinta :)
Mudik, Yes or No?
Kalau saya sih, NO. Untuk tahun ini. Nggak tahu kalau Mas Anang~
-----------------------------------------------------
Ditulis guna memenuhi
tantangan dari Blogger Perempuan Network
Love,
Andhira A. Mudzalifa
0 comments
Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.
Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^
Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)