#DiRumahAja: Belajar Decluttering Lewat Bebajuan
17.34.00
Terinspirasi dari postingan
blognya Mbak Astri Puji Lestari yang ini (klik),
saya jadi ingin menuliskan pengalaman decluttering
pakaian yang mungkin di mata orang lain saya terlihat pakai yang ‘itu-itu’
saja. Meski sempat saya tuliskan di caption
instagram, tapi saya ingin juga simpan cerita di blog ini. Biar makin banyak cerita di blog ini
(.......dan biar nambah postingan di blog saya, gitu). Eheu~
Perlu diketahui bahwasanya saya
tidak terlalu suka berbelanja pakaian, meskipun kalau ditraktir pakaian atau dikasih, nggak pernah nolak. Berbeda dengan adik perempuan saya yang lebih
feminim dari saya, yang lebih sering berbelanja pakaian, kerudung, dan sepatu. Terakhir
saya berbelanja pakaian tuh tahun
2018, karena memang beneran butuh
pakaian baru. Hahaha.
Semula bermula di tahun 2017
ketika saya berkenalan dengan Marie
Kondo lewat bukunya yang terkenal yaitu The Life-changing Magic of
Tidying Up. Pikiran saya tentang merapikan dan beres-beres banyak
terbuka gegara buku satu itu (....dan sepertinya harus saya baca ulang gegara
banyak yang lupa poin-poinnya HAHAHAH).
Kemudian di tahun 2018 setelah
membaca buku Marie Kondo dan membaca beberapa tulisan orang terkait dengan mindfulness, decluttering, dan hidup
minimalis, sayapun sangat tertarik
dengan decluttering pakaian alias memilah-milih
pemakaian baju.
Sudah dasarnya nggak suka belanja
pakaian seperti yang sempat sedikit saya ceritakan di atas, ditambah bacaan-bacaan
yang mendukung tentang mindfulness
dan decluttering, akhirnya saya memutuskan
untuk menerapkan decluttering pada
pakaian. Saya memilih belajar decluttering
pada pakaian karena lebih mudah dibandingkan pada barang lain HAHAHAHAHA (untuk yang lainnya akan segera belajar secara bertahap HAP HAP!).
Beberapa hari yang lalu ketika
momen #DiRumahAja yang sedang berlangsung saat ini akibat wabah COVID-19 yang semakin
meluas, saya mencoba membongkar lemari baju saya untuk melakukan decluttering yang sudah saya lakukan
untuk kesekian kalinya beberapa tahun terakhir. Lha kok ya tetap nemu pakaian yang sudah saatnya di-declutter. Mana cukup banyak, pula.
Eheu.
Beberapa pertimbangan yang saya
lakukan ketika melakukan decluttering
pakaian diantaranya:
- Seberapa nyaman dipakai
- Seberapa fungsional pakaian dipakai
- Punya warna dan jenis pakaian yang sama lebih dari 5
- Tidak suka lagi dengan modelnya
- Sudah tidak muat dipakai
- Bisa dipadu padankan dengan yang lain (atasan/bawahan)
- Warna pakaian
- Menimbulkan bahagia/rasa percaya diri ketika dipakai
Sejauh ini saya cukup dengan satu
lemari saja, sih. Kebanyakan juga
warna-warna netral seperti hitam, biru
tua/navy, abu-abu, coklat, putih. Warna-warna lainnya hanya punya beberapa,
itu saja gegara dapat baju dari
saudara dan teman HAHAHAHA.
Untuk penataan sendiri,
sebenarnya ada tatacaranya. Salah satunya bisa baca di artikel Living Loving yang ini (klik) untuk lebih detainya. Nah,
berhubung saya hanya memakai lemari yang ada, jadi saya memanfaatkan untuk
menata lemari sedemikian rupa agar rapi dan tentunya nyaman seperti pelukannya
dia~ *eh
- Lemari atas saya isi dengan gamis (tidak saya gantung karena tidak ada lemari gantung HAHAHAHAHAH), dengan posisi dilipat dan ditata dari warna tergelap hingga terang. Disamping gamis, saya isi dengan pakaian semi-formal seperti kemeja, blus, dan tunik.
- Lemari tengah saya isi dengan pakaian santai seperti kaos lengan panjang dan baju rumah. Urutannya juga sama seperti dengan lemari atas, diurutkan dari tergelap hingga terang.
- Lemari bawah saya isi dengan training, rok, celana kain, dan kulot. Ehe. Saya tidak punya celana jeans lagi sejak beberapa tahun lalu.
- Untuk kerudung, kaos kaki, inner kerudung, dan masker, saya pisah di laci yang berbeda. Cari tempat yang sedikit kecil daripada di lemari hehe. Tidak saya gantung karena hanger khusus kerudung sudah penuh dengan kerudung lain :D
Lemari atas pakaian saya. Oh iya, ada yang urutan warnanya nggak pas gegara barusan dicuci dan belum saya tata lagi. Hehe
Lemari tengah, khusus untuk kaos lengan panjang santai dan pakaian di rumah
Lemari bawah, isinya celana training, rok, dan celana kulot :D
Kerudung dan hijab yang saya lipat di laci lain, sesuai metodenya Marie Kondo. Btw hanya kerudung dan hijab saja yang bisa saya terapkan metode dari Marie Kondo, lainnya nggak bisa gegara nggak punya laci lagi wkwkwk
Sejauh ini, saya nyaman dan senang dengan metode decluttering pakaian ini. Meski mungkin tidak
sedikit orang berpikir, kok saya hanya punya baju yang itu-itu saja HAHAHA.
Tapi nggak papa, sih. Toh yang ngejalanin juga saya, yang penting terlihat rapi dan pantas dilihat
ehehe.
Saya tidak perlu banyak menghabiskan waktu untuk memilih baju mana yang
akan saya kenakan, karena dengan secukupnya baju yang saya punya, saya
menjadi hafal. Nggak repot, lebih sadar, dan tentunya lebih teratur. Ehe.
Efeknya, saya jadi berpikir dua kali lipat jika ingin mengisi lemari, atau
sekadar membeli sesuatu. Lebih sering bertanya pada diri sendiri, “Apakah
saya benar-benar membutuhkan? Atau hanya sekadar lapar mata?”
Saya juga menerapkan prinsip baru dalam hidup untuk Beli 1, Keluar 1. Jadi ketika membeli pakaian baru, saya harus mengeluarkan satu pakaian saya yang ada dalam lemari agar tidak terjadi penumpukan baju.
Semoga resolusi sederhana untuk
belajar declutter dan hidup fungsional bisa tercapai! Yay~
Jadi, sudah mengagendakan beberes
lemari untuk mengisi kegiatan saat #DiRumahAja saat ini? Semoga kita semua
baik-baik selalu dan berada dalam lindunganNya, ya! Stay safe!
Love,
Andhira A. Mudzalifa
7 comments
Semakin ke sini kita makin banyak kesamaan dhir. Suka baca blognya mbak astrid dan living loving. Tertarik sama hal minimalist, tapi aku bru tahun kemarin sih. Dan sedang belajar. Dan terlebih seneng beberes lemari hihi. Bajuku juga itu mulu, tapi aku mash belm bisa setahap kek kamu. Masih mayan banyak baju di lemariku hihi
BalasHapusLoh, suka baca blognya Mbak Atiit jugakah, Mbak? Waah, samaaak! Aku sebenere juga masih belajar buanyaaaak wkwkw. Masih baru bisa declutter baju, belum berani declutter lainnya gara-gara masih eman wkwkwk. Semangat buat kita, Mbaak!
Hapussuka bangett dhir wkwkw.... podo dhirr, akeh sek an sek aku gg bisa lek gg kalap mata hihi
HapusWaah, kok sama sih. Aku juga mulai menerapkan ini. Terakhir beli baju tahun 2018, dan belum ada kepikiran beli lagi. Biarin dah dikatain fashion ya ketinggalan jaman. Mulai membereskan barang-barang nggak penting juga.
BalasHapusSelain bukunya Marie Kondo, coba baca bukunya Francine Jay “Seni Hidup Minimalis".
Wuihhh satu pemikiraaan! Tapi masih berani diterapin di baju dulu, sing barang lainne sek belum berani wkwkwkw. Sek mulai belajar pelan-pelan :D
HapusWaah, makasih referensi bukunya, Mbak! *Masukin daftar buku incaran*
Melihat ini, saya berasa kayak harus beberes baju deh gwgw
BalasHapusbiasanya baju bekas saya, saya turunin ke bapak wggw badan saya lebih besar dari bapak gwgwgw :D
Wkwkwkwkwkw, ini biasanya si Bapak yang nurunin baju, sekarang dibalik, ya ~XD
HapusSemangat, Mas! :D
Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.
Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^
Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)