Hadiah Awal Oktober: Sakit Tipes yang Kambuh
15.58.00
Hari ini, adalah hari kedua saya mulai beranjak dari tempat tidur. Belajar beraktivitas kembali setelah 6 hari belakangan hanya bisa terbaring di tempat tidur nggak bisa ngapa-ngapain, selain utak-atik handphone.
Enam hari belakangan, rasanya ada yang beda. Biasanya udah kelayapan kemana-mana, tapi ini hanya gegoleran di rumah aja. Dibuat bangun dan berdiri agak lama, udah pusing. Bawaannya ingin rebahan terus. Berasa useless huhu.
Setelah terserang penyakit ini terakhir waktu kelas 4 SD, akhirnya di usia 24 tahun ini kambuh lagi. Yap, saya terkena demam typhoid atau biasa orang menyebut tipes. Penyakit yang memang sudah pernah saya derita waktu SD, tapi jarang banget (atau bisa dibilang nggak pernah) kambuh. Cukup kaget juga hasil cek darah menyatakan bahwa saya positif tipes beberapa hari yang lalu.
Semua berawal dari batuk, pilek, pusing, dan panas cukup tinggi di awal Oktober lalu. Awalnya saya berpikir, 'Wah, ini kayaknya demam biasa efek pilek sama batuk. Dibuat istirahat aja udah cukup, nih.'
Bahkan saat itu saya masih sempat buat mengerjakan orderan, COD dua kali siang sama malam diantar oleh adik. Meski harus nahan-nahan pusing buat CODan. Tapi waktu malam hari itu sempat muntah sekali abis pulang CODan, karena badan rasanya nggak kuat.
Akhirnya saya buat istirahat. Semua kerjaan saya tunda, saya beri jeda kepada diri sendiri buat istirahat. Karena saya rasa bada sudah berada di ambang batas, sudah limit banget. Daripada dipaksa justu makin drop, mending langsung mengistirahatkan diri saja. Ehe~
Lewat tiga hari, saya makin heran dan bertanya dalam hati, 'Kok panasnya belum turun-turun?' Mana ini pusingnya belum hilang-hilang, sendi dan pinggang sakitnya makin menjadi-jadi. Parah. Belum pernah saya ngerasa selemah itu.
Sempat saya membuat status di WhatssApp untuk menanyakan rekomendasi obat penurun panas yang tokcer. Tapi banyak teman yang menyarankan langsung ke dokter aja, karena panas udah 3 harian.
Saya yang memang curiga kalau badan ini bukan sakit yang seperti biasanya, langsung merencanakan untuk periksa ke klinik dekat rumah, dan minta tes widal (tes untuk demam typhoid)
Sialnya, saya saat itu lupa kalau saya sangat takut dengan jarum suntik HAHAHAHA (apa-apaan ini, mantan mahasiswi kesehatan tapi takut jarum suntik). Baru sadar ketika sudah hampir sampai di tempat klinik. Bodooo emang. Tapi kalau nggak periksa gini mah, gak bakal tau kan ya. Bismillaah aja lah, demi badan segera sehat-sehat-sehat.
Sempat-sempatnya buat foto UGD. Sambil nunggu hasil tes.
Masuk ke ruang UGD, sempat di anamnesa (ditanya-tanya) sama perawatnya; panas udah berapa hari, apa yang dirasain. Kemudian diberi termometer buat ngukur suhu badan sendiri (hampir 38 derajat waktu itu), dan di tensi (cuma 90/70. Heuh).
Dan ini, masuk ke sesi yang bikin agak deg-degan. Ambil darah dengan cara disuntik!
"Mbak, nggak usah dilihat (proses nyuntiknya) kalau takut hehehehe." Si Mbak Perawat sepertinya paham kalau saya takut sama jarum suntik.
Sial. Wkwk.
Satu-satunya yang saya ingat sebelum jarum suntik dimasukkan ke pembuluh darah lengan kiri saya (selain berdoa) adalah, saya mensugesti diri saya sendiri jika disuntik ini tidak lebih sakit dari ditinggal nikah, ditinggal waktu sayang-sayangnya, maupun ditinggal tanpa alasan.
ETAPI BENERAN MANJUR, SAUDARA-SAUDARA. Hanya terasa mak clekit dikit doang. Habis itu nggak kerasa apa-apa masa (efek terlatih patah hati, sepertinya) :")
Saya merasa pemberani kala itu. Seriusan. HAHAHAHAHA APAAN SIH RECEH.
Terus kata perawatnya butuh waktu setengah jam buat menunggu hasil tesnya. Saya memilih untuk menunggu di dalam UGD sambil tiduran di bed pasien, soalnya pusingnya nggak bisa ditoleransi. Dunia terasa berputar-putar~~
Setengah jam berlalu, dan hasil yang keluar pun sesuai dengan dugaan saya. Tipes.
"Mbak, ini trombositnya baik tapi tipesnya tinggi. Mbaknya ada BPJS? Dirawat aja ya Mbak?"
"Hehehehe nggak usah, Mbak. Saya minta rawat jalan aja."
"Takut sama jarum suntik sama infus ya Mbak?"
Sial. Kena lagi. "Hehehehe, iya Mbak. Yaudah, Mbak. Minta diresepin obatnya sekalian ya Mbak."
Daaan, begitulah. Saya pulang dengan perasaan lega. Penyakit sudah ketahuan, nggak menduga-duga lagi ~XD yaa tinggal jaga makan dan jaga kesehatan aja sih sampai sekarang ini.
Langsung nitip teman buat dibelikan jus cacing ehehehe. Btw, rasanya enak!
Evaluasi buat diri sendiri terkait penyakit tipes yang diderita awal bulan ini. Kayaknya sih gegara saya makan kurang teratur akhir-akhir ini. Makan asal makan, nggak dikontrol, kurang jaga kebersihan. Plus kurang minum air putih HEHEHEHE :")
So, please, guys... Jaga kesehatan kalian, ya! Kerja boleh, tapi tetap harus dalam batasan. Kalau waktunya istirahat, ya dibuat istirahat. Jangan lupa makan yang teratur (terutama buat anak perantauan yang jarang terkontrol makannya). Jangan terlalu banyak makan olahan instan, pedas, dan juga yang berbau asam. Udah, mulai kurang-kurangin, deh. Jangan sampai nanti ujug-ujug ambruk seperti saya gini :")
Stay healthy, man-temans! Terimakasih untuk yang sudah menjenguk dan mendoakan Andhira he he he :')
Menulis dengan masih sedikit kliyengan,
Andhira A. Mudzalifa
2 comments
Setelah konsumsi jus cacing, gimana kak?
BalasHapusHalo, kaak. Maaf baru balas. Huhuhu. Dulu abis minum jus cacing, udah cukup mendingan. Panasnya mulai sedikit turun :)
HapusTerima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.
Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^
Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)