Tentang Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia
10.22.00
Tanggal 10 September lalu, diperingati sebagai Hari
Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Linimasa twitter saya cukup ramai membahas
tentang hal ini, mulai dari bagaimana penyebab bunuh diri itu bisa terjadi,
hingga apa yang harus dilakukan ketika orang terdekat kita memiliki pikiran
untuk bunuh diri.
Dulunya, saya tak pernah cukup serius dalam memperhatikan isu
ini. Saya bahkan memiliki pikiran yang sangat konyol, “Nasi goreng lho, masih enak. Kok ya ada yang punya
pikiran buat bunuh diri.” Atau sering juga, “Indomie masih enak, gaes. Jangan bunuh diri napa.”.
Hingga pada akhirnya saya merasakan sendiri, bagaimana keinginan untuk bunuh
diri itu sungguh nyata adanya.
Yap, mungkin banyak
dari kalian yang tidak percaya. Seorang Andhira, yang selalu ‘terlihat’
baik-baik saja, juga pernah merasakan ingin bunuh diri.
Ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Saat itu, berbagai
masalah datang secara bertubi-tubi. Masalah satu belum selesai, muncul masalah
lainnya. Berkali-kali terjadi seperti itu, hingga akhirnya saya yang selalu merasa
bisa menyelesaikan semua masalah dengan baik-baik saja pun menyerah.
Puncaknya, saya pernah melontarkan pertanyaan “Apa alasan kalian untuk hidup?” di Status WhatsApp
dan juga di Twitter. Banyak yang
menjawab cukup serius, banyak juga yang bercanda. Tanpa mereka ketahui, bahwa
saya sedang benar-benar serius menanyakannya (karena banyak yang berpikir, nggak mungkin Andhira lagi nggak baik-baik saja). Saya merasa
hilang arah pada waktu itu. Saya hanya berpikir bahwa bunuh diri menjadi
satu-satunya jalan terbaik pada saat itu. Benar-benar ada di masa-masa gelap.
Seiring berjalannya waktu, pikiran untuk bunuh diri itu
memudar. Meski butuh proses yang cukup lama, tapi saya semakin menyadari bahwa pikiran
bunuh diri itu memang benar nyata adanya. Bisa menyerang siapa saja, tidak
memandang bulu. Bahkan, kepada orang yang kita kira tidak akan mengalami itu.
Saya makin memahami, bahwa setiap orang memiliki masalah
yang berbeda-beda, kadar masalah yang berbeda, dan kekuatan untuk menghadapi
yang berbeda pula. Bisa jadi masalah yang saya hadapi waktu itu, adalah masalah
yang ringan dan biasa saja di mata orang lain. Bisa jadi masalah orang lain
yang dia rasa itu berat, tapi di mata saya itu merupakan masalah yang biasa
saja.
Setiap orang memiliki
batas kemampuannya masing-masing. Ketika orang lain curhat
kepada saya, saya belajar untuk
mendengarkan, tidak untuk membandingkan. Memahami, tidak untuk mencaci. Karena sejatinya
sebuah masalah bukan hadir untuk dikompetisi satu sama lain.
Dan setelah kejadian itu, satu tugas baru hadir untuk saya
lakukan secara terus-menerus. Adalah menjaga kewarasan dan kesehatan mental diri
sendiri. Saya belajar untuk
menyadari bahwa it's okay not to be okay.
Memahami bahwa saya nggak selamanya terus
baik-baik saja. Ada kalanya saya ada di fase sedih, fase capek, fase ingin sambat. Memahami bahwa emosi itu keluar
sebagai bentuk kewajaran dan normalnya saya sebagai seorang manusia, bukan
seorang robot.
Susah? Susah banget, pada
awalnya. Saya yang terbiasa denial
dan selalu menampakkan diri baik-baik saja dan ceria walau ada masalah, merasa
sambat adalah hal lemah dan cemen. Dan
ternyata, itu menjadi sebuah bumerang bagi saya pribadi ketika semua masalah
yang saya pendam berhamburan keluar. Emosi saya sangat tidak terkontrol.
Pikiran-pikiran negatif terus menyerang saya, karena terbiasa memendam semua
masalah dan memasang wajah untuk selalu baik-baik saja. Bikin capek diri sendiri, ternyata.
Nggak papa, kalau
lagi nggak baik-baik saja. It's okay not to
be okay. Biarkan emosi sedih, rasa ingin sambat itu mucul. Mengingatkan diri sendiri bahwa diri ini hanyalah
manusia biasa.
Ngomong-ngomong,
ada beberapa lagu favorit yang saya dengarkan ketika sedang dalam keadaan tidak
baik-baik saja. Lagu yang terus mengingatkan bahwa semua masalah akan berlalu.
Bahwa sebuah jeda dan istirahat pada diri sendiri itu penting untuk menjaga
kewarasan. Here, we go:
Kunto Aji – Rehat
Lagu favorit semenjak pertamakali
mendengarkannya di tahun lalu. Lagu yang
membuat saya tenang ketika masalah melanda, tak terus menerus menyalahkan diri
sendiri. Bahwa, it's okay not to be okay,
sometimes.
“Tenangkan
hati
Semua
ini bukan salahmu.
Jangan
berhenti,
Yang kau
takutkan takkan terjadi.”
Kunto Aji – Sulung
Masih dengan lagu-lagunya Mas Kun yang ada
di album Mantra Mantra. Entahlah, lagu-lagu di album ini banyak yang membuat saya
jatuh cinta dengan setiap lirik di dalamnya. Sederhana, tapi ngena. Bahkan, ada lagu yang pernah membuat saya nangis nggugluk, saking liriknya relate banget dengan apa yang saya
rasakan.
“Cukupkanlah,
ikatanmu,
Relakanlah
yang tak seharusnya untukmu.
Yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri.”
Hindia – Secukupnya
Sejujurnya, saya mengenal Hindia ini sudah
cukup lama, karena sering banget ada yang posting di linimasa Twitter dan Tumblr saya. Tapi saya nggak begitu ngeh. Baru
kemarin, saya baru mendengarkan lagu Secukupnya ini dengan seksama menghayati
liriknya. Dan saya menjerit dalam hati, WOY
INI RELATE BANGET SAMA APA YANG GUE RASAIN!!! HUHUHU
Menyesal baru dengerin lagunya Mas Baskara
Putra sekarang. Bagus-bagus semuaaaa huhuhu. Lagu ini, mengingatkan saya untuk terus
berdamai dan menerima diri sendiri; lengkap sepaket dengan lebih dan kurangnya.
Berterimakasih pada diri sendiri, karena sudah bisa bertahan sejauh ini.
Good
job, Mas Baskara dan tim! Terimakasih telah menuliskan apa yang saya rasakan
dalam satu lagu yang asik!
“Kau hanya
merindu
Mencari pelarian
Mencari pelarian
Dari pengabdian
Yang terbakar sirna
Mengapur berdebu
Kita semua gagal
Ambil sedikit tisu
Bersedihlah secukupnya”
-------------------------------------------------
Semua orang pasti pernah ada di titik terendah dan terlemahnya
masing-masing. Tidak perlu saling membandingkan, karena setiap manusia memiliki
caranya tersendiri untuk berjuang melawan dunia.
Semoga yang sedang tidak baik-baik saja lekas dipulihkan.
Istirahat. Ambil jeda. Sedihlah, secukupnya. Jangan lupa untuk berterimakasih
kepada diri sendiri, karena telah memilih untuk tidak menyerah dan bertahan
sejauh ini.
Cheers!
Peluk jauh dari Blitar,
Andhira A. Mudzalifa
0 comments
Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.
Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^
Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)